Suka Duka Jadi Ketua

by - November 02, 2013

"Jadi ketua itu menyenangkan, tapi susah di jalanin."
 Quote tadi berasal dari iklah. You know laaah..
Tapi emang bener banget. Jadi ketua tuh emang enak. Berkuasa, bisa nyuruh-nyuruh anak buah, bisa merintah, dll. Secara gak langsung kalo jadi ketua itu kita jadi pusat perhatian. Setuju gak nih?


 But you must know..
Dibalik semua kemeriah-an dan kesenangan dan kekuasaan dari ketua, ada hal yang bisa dibilang emang konsekuensi menjabat. Banyak hal yang bikin setress gak karuan. Banyak hal yang bikin down tiba-tiba. Banyak hal yang bikin galau tak beralasan. Hmmm…
Menurut gue sih, hal-hal lazim itu terdiri atas:


a.       Wibawa yang kurang

Sebenernya kalo kita di tunjuk jadi ketua, otomatis kita dianggap berwibawa. Tapi gak jarang juga sebagai ketua, kita sering gak dianggap punya “wibawa” sama anggota. Iya gak?? Salah satunya mungkin factor cara kita berbicara sehari-hari. Kekanak-kanakkan, terlalu ceria, terlalu polos, atau mungkin juga dari postur tubuh kita yang mungil, imut, unyu-unyu, dsb. Lah, emang salah kalau kita mau bergaya seperti itu? Haruskah seorang ketua berbicara selau tegas, pelit senyum, bicara kayak Mario Teguh, dan memegang senioritas? Enggak dong.. jadi salah siapa? ANGGOTA NYA LAH!!

b.      Banyak Kepala

Sebagai ketua yang membawahi beberapa anggota walaupun dikit pasti ribet. Kenapa? Karena setiap individu itu punya kepala masing-masing, dan isi kepalanya pun beda. Bukan otaknya, maksud gue ide/pola pikirnya. Ketika kita membuat suatu kebijakan behh as you know bakal banyak banget pendapat. Dari yang pro sampai yang kontra. Mending kalau semuanya bisa diajak kompromi, lah ini batu semua. Kadang capek juga mimpin batu. Kalo batu es sih bisa cair, kalo batu bata, bisa cair siiihhh. Jadi ketua harus ngikutin tiap pikiran anggotanya? Enggak kan?? Jadi siapa yang salah? ANGGOTANYA LAAAH!!

c.       Bersusah-susah dahulu

Ngebangun organisasi dari yang prestasinya biasa-biasa aja sampai jadi “sesuatu” juga bagian dari tanggung jawab ketua. Kadang down sendiri loh kalo misalnya mimpin grup dalam suatu perlombaan ehhh ternyata gagal. Sedih dan kecewa. Ngerasa kalo gak berhasil jadi ketua. Hal biasa… makanya harus tahan banting. Tapi kalo sukses bawa grup meraih kemenangan, wuiihh kebanggaan tiada tara. Haha.. *ga boleh sombong ingaat

d.      Serba harus Ketua

Konsekuensi jadi ketua harus tahan banting, harus kuat mental, dan rela ber-lelah-letih. Udah hukum alam emang, tapi gak jarang semuanya itu seakan-akan harus semuanya ketua. Harus, mesti, kudu, wajib!! Astagaaa.. kalo udah begitu, apalah arti para anggota dan lain-lainnya? Gak menutup kemungkinan, banyak organisasi yang terlalu hanya menonjolkan sang leader-nya. Enak dong pasti, ketua jadi banyak pengalaman, tapi masa Cuma dia doang? Anggotanya gak mau dapet pengalaman juga atau gimana?? Hhhh…

e.      Lemah Komitmen

Ini nih masalah paling classic, sampe-sampe bosen ngeladenin. Komitmen. Dasar dari suatu organisasi. Sering kali ketika lo mimpin capek-capek suatu organisasi, anggota banyaak, tapi ketika lo lagi butuh bantuan mereka, mereka go away. Gak peduli. Ngilang gitu aja. Idih… siapa sih yang gak kesel kalo udah gitu? Sebagai ketua, pasti kecewa banget kalo punya anggota gak berkomitmen. Dikit-dikit alasan, bentar-bentar bosenan, lama-lama berpaling. Buat apa mimpin disaat yang lo pimpin rapuh? Ketua boleh punya komitmen kuat, lah kalo anggotanya enggak??? MAU JADI APAAN?

Hmmmm begitulah hal-hal mainstream yang dialamin ketua.  Enak, tapi susah dijalanin.
Intinya kita harus ingat satu hal (sebenernya ini quote yang selalu gue inget sejak seseorang ngomong)
“Suatu organisasi tidak akan hancur karena persaingan, tapi karena rapuh dari dalamnya”
Mungkin ada yang gak setuju?  Atau setuju semua??
Mungkin juga masih banyak konflik dibalik seorang ketua yang gak tertuliskan? Haha

Maaf kalo menyinggung yak..

See you next artickel…

You May Also Like

1 comments