"PEKA" itu Makhluk Apa Ya?

by - Januari 13, 2014

Artikel pertama gue di tahun 2014.
Pernah denger tumbuhan puteri malu? Tumbuhan yang sering muncul di sembarang tempat dan jadi mainan iseng anak-anak kecil (termasuk gue dulu). Jauh menelusuri sang puteri malu, pasti sering disebut selama belajar biologi,kan? Apa hubungan atau pelajaran yang selalu dikaitkan dengan tumbuhan itu? Ya. Pasti mengenai “ke-peka-an terhadap ransangan”. Pasti udah tau semua kan, kalo puteri malu disentuh, bakal gimana? Semua itu karena adanya sifat ke-peka-an terhadap ransangan.


Okay well...
Kali ini gue gak mau bicarain puteri malu-nya. Tadi cuma intermezo pembuka artikel baru gue. Haha. Semacam inspirasi dari tumbuhan yang satu ini. Kalau gitu, mari kita ambil pokok pembicaraan. Yaitu “ke-peka-an”, yang memiliki kata dasar yaitu “peka”

Peka
Apa sih yang dimaksud dengan “peka” itu?
Kenapa sih cewek sering banget ngomong “ihh.. gak peka banget sih”?
Kenapa sih anak muda jaman sekarang doyan ngomong “makanya peka dong!” ?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (online); Peka memiliki makna:
*mudah terasa; mudah terangsang
*mudah bergerak (tt neraca peralatan mekanis)
*mudah menerima atau meneruskan pengarus (cuaca dsb)
*mempedulikan; memperhatikan

Sedangkan menurut Kamus Kecil Bahasa null; Peka kadang ter-arti-kan sebagai suatu keadaan dimana memberi respon balik terhadap sekitar, sederhana-nya sih mempedulikan. Mendekati “sensitif” tapi nilainya lebih positif (kalau kata bahasa psikologi).

Kita ambil contoh sederhana. Misalkan pas lagi upacara, tiba-tiba ada temen lo pingsan di depan lo. Seketika lo langsung memapah dia ke UKS, dan temen-temen lo lainnya juga ikut ngebantuin. Itulah yang dikatakan bahwa lo dan temen-temen lo yang ngebantuin memiliki rasa peka

Beda hal, kalo misalnya ada temen lo udah mau pingsan, udah ngap-ngap-an, jalan udah berpola zigzag, terus yang lo lakukan hanya mempersilahkan dia lewat begitu saja. Semacam pada saat itu, di jidat lo tertulis
"Maap, saya lagi gabisa bantu. Silahkan jalan ke UKS sendiri. Hati-hati di jalan. Semoga selamat sampai tujuan". Itu lah hal yang bisa disebut dengan gak peka.

Dalam sudut pandang beda, pengartian “peka” juga akan berbeda. Misalnya antara sudut pandang biologi, kimia, fisika, psikologi, dan cinta pasti beda. Bisa juga antara sudut pandang cewek dan cowok yang bakalan beda juga.

Well.. hidup ramai dengan hiruk pikuk perbedaan. Sekarang, lagi-lagi gue ngebahas dengan sudut pandang gue yang alhamdulillah-nya masih seorang wanita. Mungkin aja sama kayak pandangan para lelaki, sih. "mungkin"

Gue membagi “peka” menjadi 4 rumus dasar. Sebagai berikut:
Penjelasan (1)
Ibarat energi positif diterima dengan positif ya hasilnya akan positif. Gitu aja deh. Ada yang dilempar, dan ada yang menangkap. Biasanya sih ini hal yang langka terjadi. *kayaknya

Penjelasan (2)
Segala sesuatu yang bertepuk sebelah tangan pasti akan menghasilkan rasa lelah baik fisik maupun batin bagi sebelah pihak. Tapi emang terkadang, sesuatu yang tulus itu gak mengharap timbal balik sih, contohnya aja beramal *nyambung gak nih?*

Penjelasan (3)
Rumus paling nyesek. Biasa terjadi kepada wanita yang mendapat status jemuran kering yang gak diangkat-angkat (read: ter-php-kan) (tapi cowo juga ada sih). Bisa di ibaratkan dengan menangkap sesuatu yang sebenarnya tidak di lemparkan. You got nothing!. Tapi, by the way sebenernya lo dapet sesuatu sih, yaitu "Sakit Hati". HAHA *nada evil

Penjelasan (4)
Kalo kata fisika; aksi = reaksi. Nah, kalo rumus ini sama aja. Tidak ada aksi = tidak ada reaksi. Jadi mau di gimanakan lagi? Emang gak akan terjadi apapun. Bingung malah kalo terjadi suatu reaksi. *ngomongin apaan sih nur

****
Dari ke-empat rumus dasar tersebut, gue mengambil suatu kesimpulan.
"PEKA itu beda tipis dengan KE-GE-ER-AN"
dan
"KE-GE-ER-AN itu rentan akan PHP"

Maka dari hasil penelitian gue ini, terkadang kita tidak bisa menyalahkan orang yang tidak peka karena bisa jadi dia hanya menunggu hal yang lebih pasti dan jelas. Sesuatu yang salah diartikan akan berdampak berbeda seterusnya. Contoh simple-nya kita ambil dari kode genetik deh. Kalo salah diartikan, bakal terjadi mutasi bukan? *gue liat simple

Pernah juga seorang berkata pada saya; "Jago meng-kode bukan berarti jago peka". 

Tapi ada sesuatu hal yang mau gue ingetin ke kalian, baik yang dalam posisi "pemberi kode" maupun "penerima kode" bahkan "pengharap kode". Kata Bang Raditya Dika di bukunya yang berjudul Cinta Brontosaurus; "Cinta itu bisa kadaluarsa"

Kelamaan ngasih kode, bisa aus
Kelamaan nungguin peka, bisa lumutan
Kelamaan nungguin kode, bisa jadi fosil hidup

Gitu aja.
Thanks for coming here. HAHAHA :D
--no code--just a research--

You May Also Like

1 comments