Wisata Pulau Seribu (Kelor, Onrust, dan Cipir)

by - November 20, 2019

Assalammu'alaikum.
Alhamdulillah, aku kembali lagi ke blog ini karena tentunya ada cerita yang bisa diceritakan. Setelah sekian lama kehabisan bahan untuk nulis dan juga post foto di instagram, hari sabtu lalu (tepatnya 19/10/2019) aku bisa liburan.



Liburan kali ini cukup terencana dari jauh hari karena peserta yang ikut itu adalah temen-temen kuliah aku yang kerja di Jakarta, dan berhubung "kerja" jadi tentu harus menyamakan jadwal masing-masing. Dan pada akhirnya musyawarah waktu keberangkatan jatuh pada hari Sabtu, 19 Oktober 2019.

sumber: dokumentasi pribadi

For your information, ini adalah kali pertama aku pergi ke pulau seribu. Walaupun aku tinggal deket-deket Jakarta dan sebenarnya punya kawan yang tinggal di Kepulauan Seribu, aku belum sempat pergi kesana. Jadi aku baru tau, ternyata banyak banget agent  yang menawarkan wisata pulau seribu melalui instagram dan media sosial lainnya. Trip yang ditawarkan juga berbeda-beda paketnya (baik tujuan ke pulau mana maupun service yang dikasih sama mereka). Aku kurang tau pastinya, cuma kalian bisa aja search di instagram dan banyak juga yang buka diskon perjalanan gitu. Untuk pastinya agent itu bagus atau enggak, aku gak bisa jamin semua bagus, tapi semoga aja yang kita pilih bagus hahaha (bisa dibilang untung-untungan). Dan kayaknya kebanyakan agent ini dikelola sama warga sekitar dermaga itu sendiri gitu.

Oke, aku akan cerita dari awal menuju ke pusat kumpul untuk berangkat.
Jadi rombongan gengges ciwi-ciwi yang berangkat itu terdiri dari Aku, Adis, Ziqrina, Suci, Syntia, Dina, dan Prih. Kita bertujuh berangkat dari tempat/lokasi yang beda-beda. Sebenarnya kalian yang mau berangkat gak perlu khawatir bingung, karena trip agent itu kayaknya bakal kasih arahan harus naik apa dan turun dimana serta kumpul jam berapa dengan cukup rinci (baik via mobil pribadi, via KRL, ataupun via Trans Jakarta), so don't worry be happy. Untuk perjalanan kali ini, pusat kumpul kami semua ada di Muara Kamal. Yang bikin deg-deg annya itu sebenarnya adalah batas maksimal waktu kumpul yakni jam 8 pagi. Yes, buat aku yang tinggal di Bekasi dan akan pilih berangkat kesana dengan KRL, cukup membuat was-was. Oh iya, kalau berangkat via KRL, stasiun terdekat dengan Muara Kamal adalah Stasiun Rawa Buaya. Aku gak akan kasih rute yang terlalu lengkap karena pasti nantinya agent kalian bakal kasih tau juga huahaha. Perkiraan waktu tempuh antara Stasiun Klender Baru sampai Stasiun Rawa Buaya (jika kalian berangkatnya jam 05.30 ya kayak aku kemarin) kurang lebih 2 jam. Sesampainya di Stasiun Rawa Buaya, honestly itu gak sedekat yang kalian kira untuk sampai di Muara Kamal. Kita bisa lanjut dengan kendaraan umum, pun kalau mau simple bisa naik ojek online. Kira-kira kalau naik motor sekitar 15-20 menit dan kalau naik mobil sekitar 35 menit. Yups, lumayan agak jauh kan, ya? Haha.

Sesampainya di Muara Kamal, mobil kita akan di stop di depan pasar ikan gitu sama penjaganya (?). Selain karena kalau pagi itu pasar ikannya sangat rame dengan berbagai ikan fresh hasil tangkapan laut, jalan kendaraan disana juga kecil. Jadi riweh gitu kalau mau lewat, toh ga bisa muter nanti mobilnya. Kalau pakai motor mungkin bisa, tapi kalau ojek online aku kurang tau diijinin lewat atau enggak. Selepas kita turun dari mobil, kita harus menuju sebuah masjid namanya Masjid Nurul Bahar, yang kalau dari titik kita turun ya kurang lebih kalau jalan santai bisa memakan waktu 10 menit. Pas pagi-pagi itu jalanan pasarnya super becek dan aroma ikan laut bener-bener strong. Ya agak pe er sih kalau pakai sendal, kaki bakal kotor duluan. Tapi gapapa, berani kotor itu baik.

Sesampainya di Masjid Nurul Bahar, kita langsung ada di pinggir laut gitu, atau dermaga ya nyebutnya (aku juga gak tau). Disitu kita udah bisa liat barisan kapal penumpang yang parkir, dan kita juga bisa liat orang-orang lain yang mau berangkat juga. Sampai di tempat, kita harus nyari contact person yang dikasih agent buat dikasih semacam gelang penanda gitu dari pita. Warnanya beda-beda entah apa yang membedakannya.

Foto lengkap sesampainya Suci di TKP

Keberangkatan cukup on time dan sekitar jam 08.15 kita semua udah naik di perahu. Perahu ini bukan speed boat ya. Perahu sederhana gitu punya warga sekitar. Perahu kami kemarin penumpangnya sekitar 30 orang. Mereka menyediakan life jacket yang kondisinya masih bagus/layak. Untuk pemakaiannya sendiri itu tergantung dari kesadaran masing-masing penumpang. Ada yang udah dikasih kagak dipake, ada yang langsung dipake. Keselamatan itu diawali dari diri sendiri.

Trip ini menyediakan layanan ke tiga pulau dari ratusan pulau di Kepulauan Seribu. Pulau tujuannya adalah Pulau Kelor, Pulau Onrust, dan Pulau Cipir. Perjalanan ini gak pakai nginep alias pulang pergi. Schedule perjalanan pun akan dikasih tau sama agent masing-masing. Gak bisa semena-mena, kecuali kalau mau ditinggal di pulau haha.

Pulau pertama yang akan dituju adalah Pulau Kelor. Perjalanan perahu membutuhkan waktu sekitar 35 menit (kata bapak supir kapalnya). Lumayan juga bikin ngantuk gitu karena kapal kayak mendayu-dayu dengan ombak, sinar matahari pagi, dan angin semilir.

sumber: dokumentasi pribadi

Sesampainya di Pulau Kelor, kita langsung disuguhkan (ceailah bahasanya) dengan pasir putih dan bangunan benteng tua yang bikin pemandangannya menjadi sangat aesthetic. Waktu bersantai di Pulau Kelor adalah sampai jam 11.00. Pulau Kelor cukup kecil, kalau rajin sih kayaknya bisa ngiterin deh. Tapi berhubung ciwi-ciwi macam kita itu suka banget poto-poto, alhasil ibarat baru satu langkah, foto setengah jam, geser 2 meter doang, foto-foto lagi setengah jam, haha. Tapi pulau ini apik banget menurut aku. Main interest untuk foto-foto kayaknya ada di bangunan benteng dan juga sisa batu-batu di pinggir pantai.

Yang khasnya di Pulau Kelor itu batu-batuan benteng sebagai main interest

Jam 11.00 kita semua kembali menuju perahu. Pulau selanjutnya adalah Pulau Onrust. Jarak dari Pulau Kelor gak terlalu jauh. Mungkin 15 menit kali ya? Pulau Onrust ini lebih besar dari Pulau Kelor. Jadwal kegiatan kita di pulau ini selain buat santai dan foto-foto adalah makan siang dan sholat dzuhur. Sampai di pulau aku udah kelaparan sampai perut bunyi kenceng. Alhasil kita langsung menuju salah satu saung yang ada di Pulau itu untuk ambil jatah makan siang kita. Makan siangnya itu masakan warga gitu dan prasmanan. Kemarin menunya adalah nasi, sayur asem, ikan goreng, tempe, dan kerang (yang katanya hasil dari tambak mereka sendiri). Gak lupa juga ada sambel kecap, sambel goreng serta kerupuk dan air mineral. Entah karena udah laper banget, makanan itu rasanya enak banget, kayaknya kemarin aku ambil sepiring melentung deh haha.

Baru nafsu foto-foto menjelang mau naik kapal lagi

Setelah makan siang, kita sholat dzuhur. Oh iya, Pulau Onrust masih dalam tahap renovasi gitu, jadinya toiletnya masih sedikit tapi udah bersih dan rapih. By the way, airnya asin gengss apalagi kalau buat wudhu kerasa banget pas kumur-kumur. Kalau Pulau Onrust ini, pantainya sebagian besar udah di tembok gitu jadi gak bisa foto-foto di pasir tepi lautnya (eh atau mungkin ada sisi pulau yang masih ada pasirnya kali ya?).  Di pulau ini banyak bangunan tua gitu bahkan ada sisa penjara jaman dulu kayaknya. Aku kurang tau karena aku dan Suci gak keliling pulau Onrust karena kecapean. Kita ngadem di warung sambil beli minuman dingin gitu.

Jam 13.00 semua penumpang diminta naik lagi ke perahu karena kita akan ke pulau terakhir, yakni Pulau Cipir. Jarak pulau Onrust ke Pulau Cipir deket banget. 5 menit kali ya? Pokonya deket. Di Pulau Cipir hal pertama yang langsung menyita pandangan adalah banana boat  yang terparkir di bibir pantai.

sumber: dokumentasi pribadi

Pada awalnya, kami serombongan berjalan melewati kerangka bangunan tua yang memenuhi pulau. Karena suasana masih panas (yaiya kan tengah hari bolong) bikin aku kayak males buat foto-foto, ya walaupun tetep foto-foto juga haha. Gak lama kemudian, kita (aku, Ziqrina, Suci, dan Shinto) mulai kepengen main banana boat. Sebenernya kita dari awal sampe udah mau, cuma belum panas aja ngebetnya ditambah belom ada orang yang main. Akhirnya fix lah kita akhirnya pergi ke abang perahunya dan daftar menjadi konsumen pertama, alias penglaris. Awalnya kita mau naik banana boat tapi kalau naik itu tanpa di jatohin ke air bakal payah  banget, jalannya gak kenceng. Nah berhubung ada perahu donat juga (yang awalnya kita kira bakal bisa melayang gitu kayak yang di Bali haha), kita memutuskan naik itu. Cocok banget untuk dinaikkin 4 orang. FYI, harga per-orangnya itu Rp 35.000.


Naiklah kita ke perahu donat itu. Dan sumpah! Seru banget... Gak boong. Puas ketawa-tawa sama teriak-teriak pas perahu belok menukik. Sanking serunya, kita ketagihan dong buat naik lagi wkwk. Setelah berdiskusi, menimbang, mengukur akhirnya kita memutuskan buat naik lagi (tajir gilee). Awalnya kita berusaha nego sama abangnya supaya dikasih korting karena itung-itung kita udah jadi penglaris yang berhasil (karena habis kita naik, gak abis-abis orang yang naik banana boat nya). Tapi sayangnya nego gagal. Gak dapet korting, tapi niat naik lagi tetap tidak terkalahkan. Untuk gelombang kedua yang naik adalah Aku, Ziqrina, Suci dan Adisti, plus Dina naik di kapal abangnya buat fotoin kita wkwk (karena yang part 1 gak ada video dan foto sama sekali, meluap begitu saja kegembiraan itu). Akhirnya kita antri buat naik lagi, dan sayangnya, karena udah banyak yang naik, alhasil jaket pelampungnya basah. Zebal... (soalnya kita gaada yang bawa baju ganti).

Puas banget, seakan rumitnya masalah di otak hilang sesaat

Naiklah untuk yang kedua kalinya di perahu donat itu. Dan...... kita dikasih extra dong sama abangnya. Gile... lebih ngebut, lebih ngepot beloknya, lebih bikin mental-mental kena ombak, dan yang terpenting LEBIH LAMA dibawa muter-muter. Alhamdulillah, abangnya baik juga ya walaupun gak dikasih diskon, tapi dikasih extra service ke cewe-cewe cantik ini haha.


Selesai naik perahu yang membuat baju lumayan basah, kita berjemur dulu, nyari spot buat foto-foto syantik. Dan gak lama selesai foto-foto, plus udah kecapean juga foto-foto, kita jalan ke perahu untuk balik lagi ke daratan. Waktu tepatnya aku lupa.

Perjalanan ke darat lumayan lama dan dikarenakan udah cape juga jadi kerasa kayak ngantuk dan kepanasan. Tangan juga udah gosong di pergelangan tangan. Ya... normal lah ya, ke pantai pasti bikin gosong, terima sajaa~

Sesampainya di daratan, pasar ikan udah sepi. Kita menemukan permasalahan baru yakni gak bisa order grab car.  Hampir 2 jam kali disana, akhirnya kita memutuskan untuk order motor sendiri-sendiri. Dan sialnya, disaat genting gitu, hp aku error tak ada sinyal. Jadilah aku dan Sinto menjadi penumpang terakhir yang dijemput gojek. Jadi guys, emang lebih enak kalau kalian kesana tuh bawa kendaraan sendiri biar gak ribet pulangnya, soalnya jalanan di deket situ ada titik macet parah.

Itulah gengs, cerita keseruan wisata ke Pulau Seribu yang akhirnya bukan wacana semata. Cuma seharian dan langsung bisa pulang ke rumah. Seru banget. Dan lagi, ternyata pakai travel agent gini juga udah enak, tinggal terima beres. Semoga ada rejeki lagi untuk jalan-jalan sama temen-temen lagi. Aamiin.

See you on the next travel story~

Note: Inget banget aku tepar di KRL karena lumayan banget berapa kali transit buat sampe ke stasiun Klender Baru. Udah lengket badan, mata ngantuk, tas berat karena bawa barang berlebih, wkwk... dan sendirian.

You May Also Like

0 comments