Catatan Kecil Pengagum Rahasia (Pasca 2013)
Bismillah.
Assalammu'alaikum..
Hay, This is me in 2020, reading my own 2013’s post with the title "Catatan Kecil Pengagum Rahasia".
Cukup terkejut, dan tentu sambil
terkekeh-kekeh bacanya. Woi, et dah! Ada-ada
saja ulah bocah SMA, ya. Haha., But okay,
sekarang aku mencoba menyambung pesan tahun itu dengan kondisi aku saat ini. *Entah bisa disambungin atau enggak.
Dan lucunya, karena ini semacam pesan/ catatan sambungan, maka yang
dibahas tetap sosok yang sama. Padahal 7 tahun sudah berlalu loh, Rul!
Aku mulai dengan mencoba menjawab
sendiri pertanyaan-pertanyaan yang aku tulis kala itu.
Pertanyaan Pertama:
"Apa sih gunanya jadi pengagum rahasia?"
Ya, pertanyaan itu!
Ah, aku inget banget masa-masa SMA yang penuh dengan pengetahuan gejolak cinta remaja. Selama
3 tahun terjebak menjadi pengagum rahasia, yang mungkin pada saat itu cukup
berat untuk dijalani seorang “aku”. Mencoba lepas tapi pada akhirnya ternyata
tidak bisa. Aku inget juga pada saat itu, I
blaming myself so much dengan segala kondisi aku. I hate myself fot not being pretty and popular, I hate myself for not
being brave, I hate myself for always hiding, I hate myself for hurting alone,
I hate myself karena hanya membuang waktu dan gak mengambil kesempatan.
But Hey, Rul!
Bagaimana kalau pada saat itu
Allah ternyata sedang menyelamatkan kamu untuk tidak jatuh lebih dalam? Ya,
gimana kalau pada saat itu, semua rasa sakit itu, patah hati itu, sengaja Allah
berikan supaya kamu gak berlanjut ke jalan yang salah? Ya mungkin, aku pada
saat itu masih terlalu muda dan jauh dari Allah sehingga gak bisa melihat hal
positif dibalik itu semua.
Ada satu Bab di Buku Jika Kita
Tak Pernah Jatuh Cinta karya Alvi Syahrin, judulnya Risiko Jatuh Cinta
Diam-Diam. Dituliskan persis di cover babnya, hal yang membuat aku ingin
menulis pesan balasan untuk diri sendiri
di tahun 2013, isinya begini : “Jatuh cinta diam-diam telah mengajarkanmu untuk
menjaga hati dari hal yak tak pasti.”
Rasanya aku ingin kutip satu
halaman pertamanya, agar aku dan kamu, bila sengaja dan/atau tidak sengaja
membaca postingan ini akan selalu teringat :
Jatuh cinta yang paling indah adalah jatuh cinta
diam-diam.
Sejak awal, kau sudah tahu: kau tak akan pernah bisa
mengungkapkan ini. Jangankan mengungkapkan, untuk menyapanya saja, perutmu
bergejolak luar biasa. Jangankan menyapa, untuk memandangnya lebih lama saja,
jantungmu berderap, seperti langkah misterius di tengah hutan, yang menginjak
semak-semak, intens. Dan kau sudah tahu: Kemungkinan kau dan dia bersama tipis,
teramat tipis.
Namun percayalah, jatuh cinta yang paling indah adalah
jatuh cinta diam-diam.
Karena sejak awal, kau sudah menyadari: di matanya, kau
bukanlah siapa-siapa. Mungkin baginya, kau hanyalah seseorang tak dikenal yang
selalu mencari jalur yang dilewatinya, seseorang aneh yang selalu mencari cara
untuk membuka percakapan yang canggung. Dan seiring waktu, ini semua terbukti:
kau hanya menghabiskan waktu, mencari cara untuk bertemu dan berbicara
kepadanya, tetapi dia tidak pernah berusaha melakukan hal yang sama. Ini semua
tentang kau dan cintamu yang tersembunyi, dan kau menyadarinya.
Sungguh, aku tidak berbohong kala berkata, “jatuh cinta
yang paling indah adalah jatuh cinta diam-diam.”
Karena sejak awal, kau sudah bersiap-siap: dia akan bersama
seseorang lain. (…)
Ps: kalau mau tau lengkap, beli
bukunya ya hehe.
Dan ya, mungkin inilah jawaban
untuk pertanyaan aku kala itu. Menjadi pengagum rahasia adalah cara terbaik yang
Allah berikan agar aku tidak jatuh terlalu dalam dengan cinta yang salah. Lagi
pula kalau ditarik kebelakang, apa sih tujuannya cinta itu pada usia segitu? Mau
dapat apa? Aku juga gak tau dan belum paham. So, aku cuma mau bilang, you
did a great job, Rul! Walaupun pada saat itu aku yakin kamu belum tau
jawabannya, tapi kamu berhasil melalui masa berat itu. May Allah always give me strength. Aamiin.
Pertanyaan Kedua:
"Mungkin itu adalah kesempatan terakhir
gue berpapasan dengan lo?"
Pertanyaan
lanjutan di paragraf setelahnya, ternyata aku juga menanyakan soal “kesempatan”, about last chance. Oke, aku
coba break down dulu. Aku pada saat
itu udah paham dengan konsep "tiap pertemuan pasti ada perpisahan",
yang aku pada saat itu belom sadar adalah, lebih dari sekedar “kesempatan bertemu” atau apapun itu, ada
hal lebih luas yang menyelingkupi kesempatan, yakni takdir. Perihal takdir
adalah hal yang rumit, makanya yang bisa mengatur dan menuliskan secara
sempurna takdir seseorang hanya Allah Yang Maha Berkehendak.
Kebetulan lagi,
ada bab di buku yang sama, yang kurang lebih mirip-mirip dengan kondisi aku
saat itu (Kok bisa ya? Berarti kondisi aku pada saat itu sebenernya adalah hal mainstream yang hampir dialami banyak
orang wkwk). Kali ini judul babnya : Sebelum Dia Pergi. Di bawah judul itu pun
tertulis : “Kau masih sangat muda hari ini. Perjalananmu masih sangat panjang. Seluruh
kisah cinta yang terjadi hari ini hanya akan jadi kenangan di kemudian hari.”
Oke, kisah bab
itu secara singkat menggambarkan pertemuan terakhir seorang adek kelas dengan seniornya, mencoba mengungkapkan perasaan namun akhirnya memutuskan untuk enggak ngelakuin hal itu.
Aku hanya mau kutip bagian terakhir dalam bab itu, pesan dari Kak Alvi. Begini isinya:
Karena kau masih sangat muda hari ini. Perjalananmu
masih sangat panjang. Seluruh kisah cinta yang terjadi hari ini hanya akan jadi
kenangan di kemudian hari. Dan dia … mungkin jadi jodohmu di masa depan.
Namun, aku khawatir kau berharap lebih. Terjebak
dalam ekspetasi, dan tak bisa berhenti mengingatnya, maka aku hanya ingin
bilang …
Kembali buka bukumu, belajarlah lebih
giat. Lakukan berbagai hal untuk menemukan hal yang kau sukai, dan kejar
mimpimu. Masa-masa sekolah dan kuliah hanya berlangsung sekali seumur hidup.
Tak ada yang mau membersamai seorang
pemalas yang mudah berputus asa.
See you on top!
Nah, kan!
Seharusnya,
dibandingkan berfokus bertanya-tanya apakah ada kesempatan bertemu setelahnya atau
lain halnya, ada yang mesti lebih ditekankan yakni mempercayai takdir yang
sudah dituliskan Allah dengan sedemikian sempurna. Iya, aku tau gelisah pasti
suka timbul tenggelam, tapi selalu ada mungkin/maybe , tapi ya kembali lagi, itu semua
takdir Allah, cinta, jodoh, dan untuk itu, kita hanya bisa melakukan yang
terbaik agar bisa bertemu dengan takdir yang baik, karena kita gak tau apa-apa.
Daripada stress dan galau mikirin
hal-hal yang di luar kendali, why
kita gak melakukan tugas kita aja dengan sebaik mungkin di dunia ini. Tugas apa?
Tugas untuk beribadah kepada Allah. Hmm… dan ya, Allah pasti punya jalan yang romantis
untuk memberikan kesempatan bagi dua insan yang berjodoh untuk bertemu. Dah,
yakin dah!
"Kalau seandainya ini film tentang cinta, harusnya semua happy ending kan?"
Dih, kaget aku pas bacanya,
soalnya kalimatnya mirip dengan kalimat di buku itu tadi haha. Memang pasaran
sekali pemikiran ku saat itu. Oke, jawaban untuk pertanyaan ini kurang lebih
sama dengan yang sebelumnya. “Seandainya”, berandai-andai pada hal yang sudah
ditakdirkan oleh Allah.
Aku gak bisa
menampik ya, sampai saat ini puuuun aku masih suka berandai-andai, “Siapa ya
jodohku? Dia bukan ya, atau dia (yang lain)? Kapan ya? Gimana ya nanti cara ketemunya?” dan
yaaak itulah manusia dengan segala kekurangannya. Rentan khilaf. Aku sekarang
juga masih teruuuuuuus belajar gimana cara 100% mengikhlaskan atau yakin dengan
takdir Allah (makanya belakangan ini aku juga mulai banyak baca buku self-improvement dan ngikutin akun-akun instagram
yang membantu jadi reminder pas mulai
galau gak jelas). Terus belajar!
[Bagian Tengah]
<sebuah
percakapan dengan diri sendiri>
Rul, aku mau
cerita sedikit. *uhuk
Mungkin kamu gak percaya, kalau di tahun 2020 ini, kamu tau kalau dia kenal sama kamu. Selama ini?! Kayak impossible. Mungkin itu hadiah dari Allah karena aku membuka silaturahmi dengan dia di awal tahun, dan ternyata dia orangnya lebih ramah dari yang kamu kira di tahun 2013 dulu. He almost always give a feedback to you, or even start the conversation first. Segala hal yang tadinya kamu pikir gak mungkin dulu, terjadi saat ini. Aneh, tapi Kuasa Allah, ya.
Mungkin kamu gak percaya, kalau di tahun 2020 ini, kamu tau kalau dia kenal sama kamu. Selama ini?! Kayak impossible. Mungkin itu hadiah dari Allah karena aku membuka silaturahmi dengan dia di awal tahun, dan ternyata dia orangnya lebih ramah dari yang kamu kira di tahun 2013 dulu. He almost always give a feedback to you, or even start the conversation first. Segala hal yang tadinya kamu pikir gak mungkin dulu, terjadi saat ini. Aneh, tapi Kuasa Allah, ya.
But then, aku rasa kamu
mulai jalan ke arah yang salah lagi. Jalan yang bikin kamu justru sesak, sedih, dan
was-was tiap komunikasi dengan dia.
Kamu sadarkan, itu salah?
Kamu sadarkan kalau cinta yang salah itu sia-sia?
Yuk, berhenti, Rul.
Berhenti terlalu berlebihan, berhenti terlalu tergila-gila dengan dia, pun dengan segala yang ada di dunia ini.
Kamu sadarkan, itu salah?
Kamu sadarkan kalau cinta yang salah itu sia-sia?
Yuk, berhenti, Rul.
Berhenti terlalu berlebihan, berhenti terlalu tergila-gila dengan dia, pun dengan segala yang ada di dunia ini.
“Bila daun yang jatuh dari rantingnya
saja ada takdirnya, maka ku pastikan, pertemuan kita bukanlah kebetulan semata”
-@alfikrirmt
Bisa jadi dia memang
takdir untuk dibersamakan denganmu, atau bisa jadi dia hanya takdir dan cara
Allah untuk mengetuk pintu hatimu agar mau berubah lebih baik. Gak ada yang tau.
Berhenti yuk,
Rul. Berhenti untuk semakin tersesat.
[Bagian Terakhir]
Ingin kusampaikan
pada diriku yang dulu, kini, atau yang akan datang,
“You did a great job, Rul. Being a secret admire is the best thing that
you have done. Aku sadar, gak mudah menahan rasa cinta kan ya? Apalagi
dalam diam. Cinta itu rumit. Saat belum bertemu rasanya gelisah luar biasa, dan
mungkin setelah bertemu pun akan ada rasa gelisah lainnya. Aku ingin kamu inget
selalu, Siapa pemilik cinta paling sempurna dan abadi? Siapa penjaga hati yang mengetahui
sedalam-dalamnya rasa yang dipendam? Jawabannya hanya Allah SWT. Nah,
makanya, segala sesuatu perihal cinta harus dijatuhkan terlebih dahulu kepada Dzat Yang Maha Cinta, Dzat Yang Maha Menentukan Segala Perkara.
Percayalah, adalah perkara yang mudah bagi Allah mempertemukan setiap insan
yang dikehendaki-Nya bertemu.”
Lagi dan lagi, aku
mau tulis kutipan dari buku yang sama. (ini aku kayak sekalian review buku kali yah haha).
Pasti ada yang lebih penting daripada
cinta dalam hidup ini.
Dan kadang ya,
suka muncul pemikiran gini gak sih? “Ah, aku mau berubah jadi lebih baik supaya
dapat jodohnya juga yang baik.” Iya, gak?
Ada kutipan juga
nih, pesan dari Kak Alvi:
Aku sangat mendukung keputusan mu untuk
menjadi lebih baik.
Namun, janganlah kau jadikan laki-laki
dan cinta sebagai alasan.
Sebab, laki-laki hanyalah manusia. Manusia
tidak kekal. Manusia tidak sempurna. Manusia selalu mengecewakan. Dan cinta
hanyalah perasaan. Ia bisa datang dan pergi, seperti cinta dan patah hatimu
yang dulu. ia bisa pudar seperti dia yang pernah berubah tiba-tiba.
Lagi pula, di akhir hidupmu kau akan
berpisah dengan dia yang amat kau cinta.
Di akhir hidupmu, kamu akan kembali
kepada Dia yang menciptakanmu.
Maka, apakah perubahanmu ini untuk jodoh
yang baik, yang tak kekal dan tak sempurna?
Bukannya aku hendak menghakimi, tetapi
bukankah berubah karena masalah jodoh agak terlalu dangkal? Maksudku, cinta dan
jodoh hanya bertahan hingga hari akhir hidupmu di dunia ini. Sementara itu, kau
masih punya perjalanan panjang yang misterius setelah kematian.
Maka, untuk siapa perubahan baikmu ini?
Wuihhh~ Nampar
banget ya kalimatnya, Rul.
Pengingat tuh,
jangan sampe niat berubah baik malah jadi sia-sia karena salah niat dan tujuan.
Hmm…
Aduh, pesan kali
ini jadi panjang banget ya? Gak cocok deh sama judulnya yang "catatan kecil" wkwk. Maklum, namanya ngobrol sama diri sendiri itu emang
gak udah-udah.
Dan untuk kalian
yang baca atau gak sengaja baca,
kalian juga bisa liat kan, gimana aku masih naik turun banget ya, kadang bijak,
kadang galau lagi. Yah… itulah aku, manusia. By the way, ini pesan renungan muncul karena 1 buku. Daebak!! Emang harus
banyak baca buku lagi supaya makin kebuka pikirannya. Semoga ada tulisan lagi
setelah baca buku lain, ya itung-itung self
reminder.
Oke. Aku tutup
pesan kali ini dengan Hamdallah.
Alhamdulillah.
May Allah always give us Hidayah, Barokah and
Rahmat in our life. Aamiin.
See you again.
Wassalam~
0 comments