Dilatasi Waktu
sebuah postingan yang telah lama tertunda......
Masih ingat salah satu part di postingan
“Kata Pak Manalu” yang menjelaskan tentang tunggu menunggu? Haha.. itu loh,
materi dilatasi waktu. Oke, gue bilang kan bakal ada bahasan khusus tentang ini
dan here they go~
Apa pekerjaan yang lebih melelahkan
selain menunggu? Iya gak? Udah membuang waktu begitu aja, ditambah lagi yang
ditunggu biasanya gak ngerasain kalau dia ditunggu (minta disiram H2SO4).
But guys... gak selamanya nunggu itu
memiliki dampak negatif. Yeap, ada pro-kontra-lah intinya.
Sometimes we need to
waiting for something.
SOMETIMES..... (kalo bisa bacanya pake
nada sedikit mengerang)
POSITIVE
SIDE
Menunggu itu adalah hukum alam Seperti yang gue bilang sebelumnya, gak
ada salahnya menunggu. I mean,
terkadang menunggu itu diperlukan karena kita (gue atau pun loe) mencari timing
yang pas, yang klop, yang nyesss gitu lah. Contoh simple-nya hmmm ketika lo mau
nyebrang jalanan, apa yang lo lakukan ketika banyak motor atau mobil yang
lewat? Yeap... pastinya adalah MENUNGGU jalan menjadi lengang. Dan apa yang
terjadi ketika lo gak mau sabaran? Pasti ketabrak, atau gak kalo lagi mujur
yaaa nyaris ketabrak-lah kurang lebih.
Another
Example-lah, Hmm pernah tau cara buat telor asin? Apakah telor asin akan
langsung menjadi asin seketika setelah kita lapisin dia pake adonan garam dll?
Enggak kan.. yeah, kita harus menunggunya menjadi asin selama kurang lebih 2
minggu. It’s not a short time, right?
Apalagi kalo lagi kebelet banget mau makan telor asin, pasti kerasa banget lama
nunggu nya (padahal mah tinggal beli di
warung juga ada, ngapain pake bikin segala)
Kadang, menunggu itu diperuntukkan agar
kita mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Coba bayangin aja, apa yang lo
dapet ketika lo gak sabar menunggu telor asin? Sehari diungkep, langsung di
buka, di rebus, terus di makan? Apakah lo mendapatkan asinnya telor asin? Absolutely NO! Yang bakal di dapetin
adalah “telor asin yang belom asin”.
Menunggu itu MEMANG pada dasarnya
menggiring kita pada suatu ketidakpastian. Ada lebih dari dua kemungkinan dalam
lo menunggu pembuatan telor asin yaitu telor itu gak busuk, dan telor itu asinnya pas atau telor itu
busuk, dan telor itu terlalu asin sampe rasa asin berubah menjadi pahit. Ngerti
maksud gue?
NEGATIVE
SIDE
Makna di balik “dan telor itu terlalu
asin sampe rasa asin berubah menjadi pahit” adalah kelamaan nunggu belom tentu
hasil akhirnya seperti yang lo inginkan. Ingat... KETIDAKPASTIAN.
By the way pas naik angkot, ada yang
melintas di kepala gue ketika menunggu lampu merah di prapatan Bintara (tau
kan? Yang deket HS Agung itu loh). Menunggu lampu merah membuat gue sadar akan
sesuatu. Gue tau, alasan kenapa di beberapa tempat, lampu merah sengaja di
kasih semacam timer hitung mundur.
Yap! Gue yakin, Timer itu dipasang dengan
latar belakang “menunggu itu tidak menyenangkan”. Setidaknya kalau ada timer
itung mundur, kita ada kepastian berapa waktu yang dibutuhkan buat menunggu
lampu merah tersebut. Beda hal kalo gak ada timer itung mundur yang berarti gak
ada kepastian kapan lampu berubah ijo. Pasti terasa lama pakai banget, soalnya
kita juga gak ngapa-ngapain. Otomatis pada nyerobot dan bla bla bla. Kalau ada
timer itung mundur kan, kita jadi ikutan ngitung mundur dan gak terlalu kerasa
waktu nunggunya.
Dari beberapa contoh gakjelas tersebut,
mari ambil suatu garis besar.
Pada dasarnya menunggu itu terjadi dengan
spontan. Menunggu di butuhkan untuk mencari waktu yang tepat tapi menunggu akan
datang bersama ketidakpastian. Menunggu setidaknya membutuhkan batasan waktu
karena sama seperti makanan, menunggu juga punya waktu kadaluarsa. Ada kutipan
yang mengatakan :
“Tidak perlu menyalahkan waktu dan perasaan. Jika memang itu ingin kamu perjuangkan, upayakanlah sampai akhir” – @PsikologiID
Dan
“Apa yang membahagiakan, jangan pernah lepaskan” -@Nugeraharga
Jadi.... adakah yang lagi lo tunggu
sekarang-sekarang ini?
Kalo lo
anggap itu penting, bertahan aja... tunggu lah sesuatu itu. Tapi.... ingat waktu juga
0 comments