Dilatasi Waktu

by - Maret 18, 2014


sebuah postingan yang telah lama tertunda......

Masih ingat salah satu part di postingan “Kata Pak Manalu” yang menjelaskan tentang tunggu menunggu? Haha.. itu loh, materi dilatasi waktu. Oke, gue bilang kan bakal ada bahasan khusus tentang ini dan here they go~


Apa pekerjaan yang lebih melelahkan selain menunggu? Iya gak? Udah membuang waktu begitu aja, ditambah lagi yang ditunggu biasanya gak ngerasain kalau dia ditunggu (minta disiram H2SO4). But guys... gak selamanya nunggu itu memiliki dampak negatif. Yeap, ada pro-kontra-lah intinya. 
Sometimes we need to waiting for something.

SOMETIMES..... (kalo bisa bacanya pake nada sedikit mengerang)


POSITIVE SIDE
Menunggu itu adalah hukum alam Seperti yang gue bilang sebelumnya, gak ada salahnya menunggu. I mean, terkadang menunggu itu diperlukan karena kita (gue atau pun loe) mencari timing yang pas, yang klop, yang nyesss gitu lah. Contoh simple-nya hmmm ketika lo mau nyebrang jalanan, apa yang lo lakukan ketika banyak motor atau mobil yang lewat? Yeap... pastinya adalah MENUNGGU jalan menjadi lengang. Dan apa yang terjadi ketika lo gak mau sabaran? Pasti ketabrak, atau gak kalo lagi mujur yaaa nyaris ketabrak-lah kurang lebih.

Another Example-lah, Hmm pernah tau cara buat telor asin? Apakah telor asin akan langsung menjadi asin seketika setelah kita lapisin dia pake adonan garam dll? Enggak kan.. yeah, kita harus menunggunya menjadi asin selama kurang lebih 2 minggu. It’s not a short time, right? Apalagi kalo lagi kebelet banget mau makan telor asin, pasti kerasa banget lama nunggu nya (padahal mah tinggal beli di  warung juga ada, ngapain pake bikin segala)

Kadang, menunggu itu diperuntukkan agar kita mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Coba bayangin aja, apa yang lo dapet ketika lo gak sabar menunggu telor asin? Sehari diungkep, langsung di buka, di rebus, terus di makan? Apakah lo mendapatkan asinnya telor asin? Absolutely NO! Yang bakal di dapetin adalah “telor asin yang belom asin”.

Menunggu itu MEMANG pada dasarnya menggiring kita pada suatu ketidakpastian. Ada lebih dari dua kemungkinan dalam lo menunggu pembuatan telor asin yaitu telor itu gak busuk,  dan telor itu asinnya pas atau telor itu busuk, dan telor itu terlalu asin sampe rasa asin berubah menjadi pahit. Ngerti maksud gue?

NEGATIVE SIDE
Makna di balik “dan telor itu terlalu asin sampe rasa asin berubah menjadi pahit” adalah kelamaan nunggu belom tentu hasil akhirnya seperti yang lo inginkan. Ingat... KETIDAKPASTIAN.

By the way pas naik angkot, ada yang melintas di kepala gue ketika menunggu lampu merah di prapatan Bintara (tau kan? Yang deket HS Agung itu loh). Menunggu lampu merah membuat gue sadar akan sesuatu. Gue tau, alasan kenapa di beberapa tempat, lampu merah sengaja di kasih semacam timer hitung mundur.

Yap! Gue yakin, Timer itu dipasang dengan latar belakang “menunggu itu tidak menyenangkan”. Setidaknya kalau ada timer itung mundur, kita ada kepastian berapa waktu yang dibutuhkan buat menunggu lampu merah tersebut. Beda hal kalo gak ada timer itung mundur yang berarti gak ada kepastian kapan lampu berubah ijo. Pasti terasa lama pakai banget, soalnya kita juga gak ngapa-ngapain. Otomatis pada nyerobot dan bla bla bla. Kalau ada timer itung mundur kan, kita jadi ikutan ngitung mundur dan gak terlalu kerasa waktu nunggunya.

Dari beberapa contoh gakjelas tersebut, mari ambil suatu garis besar.

Pada dasarnya menunggu itu terjadi dengan spontan. Menunggu di butuhkan untuk mencari waktu yang tepat tapi menunggu akan datang bersama ketidakpastian. Menunggu setidaknya membutuhkan batasan waktu karena sama seperti makanan, menunggu juga punya waktu kadaluarsa. Ada kutipan yang mengatakan :

“Tidak perlu menyalahkan waktu dan perasaan. Jika memang itu ingin kamu perjuangkan, upayakanlah sampai akhir” – @PsikologiID

Dan

“Apa yang membahagiakan, jangan pernah lepaskan” -@Nugeraharga

Jadi.... adakah yang lagi lo tunggu sekarang-sekarang ini?
Kalo lo anggap itu penting, bertahan aja... tunggu lah sesuatu itu. Tapi.... ingat waktu juga

You May Also Like

0 comments