Catatan Kecil Pengagum Rahasia (Pasca 2013)

by - Juni 30, 2020



Bismillah.
Assalammu'alaikum..

Hay, This is me in 2020, reading my own 2013’s post with the title "Catatan Kecil Pengagum Rahasia".
Cukup terkejut, dan tentu sambil terkekeh-kekeh bacanya. Woi, et dah! Ada-ada saja ulah bocah SMA, ya. Haha., But okay, sekarang aku mencoba menyambung pesan tahun itu dengan kondisi aku saat ini. *Entah bisa disambungin atau enggak.

Dan lucunya, karena ini semacam pesan/ catatan sambungan, maka yang dibahas tetap sosok yang sama. Padahal 7 tahun sudah berlalu loh, Rul!

[Bagian Awal] 
Aku mulai dengan mencoba menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan yang aku tulis kala itu.


Pertanyaan Pertama:
"Apa sih gunanya jadi pengagum rahasia?" 

Ya, pertanyaan itu!
Ah, aku inget banget masa-masa SMA yang penuh dengan pengetahuan gejolak cinta remaja. Selama 3 tahun terjebak menjadi pengagum rahasia, yang mungkin pada saat itu cukup berat untuk dijalani seorang “aku”. Mencoba lepas tapi pada akhirnya ternyata tidak bisa. Aku inget juga pada saat itu, I blaming myself so much dengan segala kondisi aku. I hate myself fot not being pretty and popular, I hate myself for not being brave, I hate myself for always hiding, I hate myself for hurting alone, I hate myself karena hanya membuang waktu dan gak mengambil kesempatan.

But Hey, Rul!
Bagaimana kalau pada saat itu Allah ternyata sedang menyelamatkan kamu untuk tidak jatuh lebih dalam? Ya, gimana kalau pada saat itu, semua rasa sakit itu, patah hati itu, sengaja Allah berikan supaya kamu gak berlanjut ke jalan yang salah? Ya mungkin, aku pada saat itu masih terlalu muda dan jauh dari Allah sehingga gak bisa melihat hal positif dibalik itu semua.

Ada satu Bab di Buku Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta karya Alvi Syahrin, judulnya Risiko Jatuh Cinta Diam-Diam. Dituliskan persis di cover babnya, hal yang membuat aku ingin menulis pesan  balasan untuk diri sendiri di tahun 2013, isinya begini : “Jatuh cinta diam-diam telah mengajarkanmu untuk menjaga hati dari hal yak tak pasti.”

Rasanya aku ingin kutip satu halaman pertamanya, agar aku dan kamu, bila sengaja dan/atau tidak sengaja membaca postingan ini akan selalu teringat :

Jatuh cinta yang paling indah adalah jatuh cinta diam-diam.
Sejak awal, kau sudah tahu: kau tak akan pernah bisa mengungkapkan ini. Jangankan mengungkapkan, untuk menyapanya saja, perutmu bergejolak luar biasa. Jangankan menyapa, untuk memandangnya lebih lama saja, jantungmu berderap, seperti langkah misterius di tengah hutan, yang menginjak semak-semak, intens. Dan kau sudah tahu: Kemungkinan kau dan dia bersama tipis, teramat tipis.

Namun percayalah, jatuh cinta yang paling indah adalah jatuh cinta diam-diam.

Karena sejak awal, kau sudah menyadari: di matanya, kau bukanlah siapa-siapa. Mungkin baginya, kau hanyalah seseorang tak dikenal yang selalu mencari jalur yang dilewatinya, seseorang aneh yang selalu mencari cara untuk membuka percakapan yang canggung. Dan seiring waktu, ini semua terbukti: kau hanya menghabiskan waktu, mencari cara untuk bertemu dan berbicara kepadanya, tetapi dia tidak pernah berusaha melakukan hal yang sama. Ini semua tentang kau dan cintamu yang tersembunyi, dan kau menyadarinya.

Sungguh, aku tidak berbohong kala berkata, “jatuh cinta yang paling indah adalah jatuh cinta diam-diam.”

Karena sejak awal, kau sudah bersiap-siap: dia akan bersama seseorang lain.  (…)

Ps: kalau mau tau lengkap, beli bukunya ya hehe.

Dan ya, mungkin inilah jawaban untuk pertanyaan aku kala itu. Menjadi pengagum rahasia adalah cara terbaik yang Allah berikan agar aku tidak jatuh terlalu dalam dengan cinta yang salah. Lagi pula kalau ditarik kebelakang, apa sih tujuannya cinta itu pada usia segitu? Mau dapat apa? Aku juga gak tau dan belum paham. So, aku cuma mau bilang, you did a great job, Rul! Walaupun pada saat itu aku yakin kamu belum tau jawabannya, tapi kamu berhasil melalui masa berat itu. May Allah always give me strength. Aamiin.

Pertanyaan Kedua:
"Mungkin itu adalah kesempatan terakhir gue berpapasan dengan lo?"

Pertanyaan lanjutan di paragraf setelahnya, ternyata aku juga menanyakan soal “kesempatan”, about last chance. Oke, aku coba break down dulu. Aku pada saat itu udah paham dengan konsep "tiap pertemuan pasti ada perpisahan", yang aku pada saat itu belom sadar adalah, lebih dari sekedar “kesempatan bertemu” atau apapun itu, ada hal lebih luas yang menyelingkupi kesempatan, yakni takdir. Perihal takdir adalah hal yang rumit, makanya yang bisa mengatur dan menuliskan secara sempurna takdir seseorang hanya Allah Yang Maha Berkehendak.

Kebetulan lagi, ada bab di buku yang sama, yang kurang lebih mirip-mirip dengan kondisi aku saat itu (Kok bisa ya? Berarti kondisi aku pada saat itu sebenernya adalah hal mainstream yang hampir dialami banyak orang wkwk). Kali ini judul babnya : Sebelum Dia Pergi. Di bawah judul itu pun tertulis : “Kau masih sangat muda hari ini. Perjalananmu masih sangat panjang. Seluruh kisah cinta yang terjadi hari ini hanya akan jadi kenangan di kemudian hari.”

Oke, kisah bab itu secara singkat menggambarkan pertemuan terakhir seorang adek kelas dengan seniornya, mencoba mengungkapkan perasaan namun akhirnya memutuskan untuk enggak ngelakuin hal itu.

Aku hanya mau kutip bagian terakhir dalam bab itu, pesan dari Kak Alvi. Begini isinya:

Karena kau masih sangat muda hari ini. Perjalananmu masih sangat panjang. Seluruh kisah cinta yang terjadi hari ini hanya akan jadi kenangan di kemudian hari. Dan dia … mungkin jadi jodohmu di masa depan.

Namun, aku khawatir kau berharap lebih. Terjebak dalam ekspetasi, dan tak bisa berhenti mengingatnya, maka aku hanya ingin bilang …

Kembali buka bukumu, belajarlah lebih giat. Lakukan berbagai hal untuk menemukan hal yang kau sukai, dan kejar mimpimu. Masa-masa sekolah dan kuliah hanya berlangsung sekali seumur hidup.

Tak ada yang mau membersamai seorang pemalas yang mudah berputus asa.
See you on top!

Nah, kan!
Seharusnya, dibandingkan berfokus bertanya-tanya apakah ada kesempatan bertemu setelahnya atau lain halnya, ada yang mesti lebih ditekankan yakni mempercayai takdir yang sudah dituliskan Allah dengan sedemikian sempurna. Iya, aku tau gelisah pasti suka timbul tenggelam, tapi selalu ada mungkin/maybe , tapi ya kembali lagi, itu semua takdir Allah, cinta, jodoh, dan untuk itu, kita hanya bisa melakukan yang terbaik agar bisa bertemu dengan takdir yang baik, karena kita gak tau apa-apa. Daripada stress dan galau mikirin hal-hal yang di luar kendali, why kita gak melakukan tugas kita aja dengan sebaik mungkin di dunia ini. Tugas apa? Tugas untuk beribadah kepada Allah. Hmm… dan ya, Allah pasti punya jalan yang romantis untuk memberikan kesempatan bagi dua insan yang berjodoh untuk bertemu. Dah, yakin dah!

Pertanyaan Ketiga:
"Kalau seandainya ini film tentang cinta, harusnya semua happy ending kan?"

Dih, kaget aku pas bacanya, soalnya kalimatnya mirip dengan kalimat di buku itu tadi haha. Memang pasaran sekali pemikiran ku saat itu. Oke, jawaban untuk pertanyaan ini kurang lebih sama dengan yang sebelumnya. “Seandainya”, berandai-andai pada hal yang sudah ditakdirkan oleh Allah.

Aku gak bisa menampik ya, sampai saat ini puuuun aku masih suka berandai-andai, “Siapa ya jodohku? Dia bukan ya, atau dia (yang lain)? Kapan ya? Gimana ya nanti cara ketemunya?” dan yaaak itulah manusia dengan segala kekurangannya. Rentan khilaf. Aku sekarang juga masih teruuuuuuus belajar gimana cara 100% mengikhlaskan atau yakin dengan takdir Allah (makanya belakangan ini aku juga mulai banyak baca buku self-improvement dan ngikutin akun-akun instagram yang membantu jadi reminder pas mulai galau gak jelas). Terus belajar!

[Bagian Tengah]
<sebuah percakapan dengan diri sendiri>

Rul, aku mau cerita sedikit. *uhuk
Mungkin kamu gak percaya, kalau di tahun 2020 ini, kamu tau kalau dia kenal sama kamu. Selama ini?! Kayak impossible. Mungkin itu hadiah dari Allah karena aku membuka silaturahmi dengan dia di awal tahun, dan ternyata dia orangnya lebih ramah dari yang kamu kira di tahun 2013 dulu. He almost always give a feedback to you, or even start the conversation first. Segala hal yang tadinya kamu pikir gak mungkin dulu, terjadi saat ini. Aneh, tapi Kuasa Allah, ya.

But then, aku rasa kamu mulai jalan ke arah yang salah lagi. Jalan yang bikin kamu justru sesak, sedih, dan was-was tiap komunikasi dengan dia. 
Kamu sadarkan, itu salah? 
Kamu sadarkan kalau cinta yang salah itu sia-sia? 
Yuk, berhenti, Rul. 
Berhenti terlalu berlebihan, berhenti terlalu tergila-gila dengan dia, pun dengan segala yang ada di dunia ini.

“Bila daun yang jatuh dari rantingnya saja ada takdirnya, maka ku pastikan, pertemuan kita bukanlah kebetulan semata” -@alfikrirmt

Bisa jadi dia memang takdir untuk dibersamakan denganmu, atau bisa jadi dia hanya takdir dan cara Allah untuk mengetuk pintu hatimu agar mau berubah lebih baik. Gak ada yang tau.

Berhenti yuk, Rul. Berhenti untuk semakin tersesat.

[Bagian Terakhir]

Ingin kusampaikan pada diriku yang dulu, kini, atau yang akan datang,
You did a great job, Rul. Being a secret admire is the best thing that you have done. Aku sadar, gak mudah menahan rasa cinta kan ya? Apalagi dalam diam. Cinta itu rumit. Saat belum bertemu rasanya gelisah luar biasa, dan mungkin setelah bertemu pun akan ada rasa gelisah lainnya. Aku ingin kamu inget selalu, Siapa pemilik cinta paling sempurna dan abadi? Siapa penjaga hati yang mengetahui sedalam-dalamnya rasa yang dipendam? Jawabannya hanya Allah SWT. Nah, makanya, segala sesuatu perihal cinta harus dijatuhkan terlebih dahulu kepada  Dzat Yang Maha Cinta, Dzat Yang Maha Menentukan Segala Perkara. Percayalah, adalah perkara yang mudah bagi Allah mempertemukan setiap insan yang dikehendaki-Nya bertemu.”

Lagi dan lagi, aku mau tulis kutipan dari buku yang sama. (ini aku kayak sekalian review buku kali yah haha).

Pasti ada yang lebih penting daripada cinta dalam hidup ini.

Dan kadang ya, suka muncul pemikiran gini gak sih? “Ah, aku mau berubah jadi lebih baik supaya dapat jodohnya juga yang baik.” Iya, gak?

Ada kutipan juga nih, pesan dari Kak Alvi:

Aku sangat mendukung keputusan mu untuk menjadi lebih baik.
Namun, janganlah kau jadikan laki-laki dan cinta sebagai alasan.
Sebab, laki-laki hanyalah manusia. Manusia tidak kekal. Manusia tidak sempurna. Manusia selalu mengecewakan. Dan cinta hanyalah perasaan. Ia bisa datang dan pergi, seperti cinta dan patah hatimu yang dulu. ia bisa pudar seperti dia yang pernah berubah tiba-tiba.

Lagi pula, di akhir hidupmu kau akan berpisah dengan dia yang amat kau cinta.
Di akhir hidupmu, kamu akan kembali kepada Dia yang menciptakanmu.
Maka, apakah perubahanmu ini untuk jodoh yang baik, yang tak kekal dan tak sempurna?
Bukannya aku hendak menghakimi, tetapi bukankah berubah karena masalah jodoh agak terlalu dangkal? Maksudku, cinta dan jodoh hanya bertahan hingga hari akhir hidupmu di dunia ini. Sementara itu, kau masih punya perjalanan panjang yang misterius setelah kematian.

Maka, untuk siapa perubahan baikmu ini?

Wuihhh~ Nampar banget ya kalimatnya, Rul.
Pengingat tuh, jangan sampe niat berubah baik malah jadi sia-sia karena salah niat dan tujuan. Hmm…

Aduh, pesan kali ini jadi panjang banget ya? Gak cocok deh sama judulnya yang "catatan kecil" wkwk. Maklum, namanya ngobrol sama diri sendiri itu emang gak udah-udah.

Dan untuk kalian yang baca atau gak sengaja baca, kalian juga bisa liat kan, gimana aku masih naik turun banget ya, kadang bijak, kadang galau lagi. Yah… itulah aku, manusia. By the way, ini pesan renungan muncul karena 1 buku. Daebak!! Emang harus banyak baca buku lagi supaya makin kebuka pikirannya. Semoga ada tulisan lagi setelah baca buku lain, ya itung-itung self reminder.

Oke. Aku tutup pesan kali ini dengan Hamdallah.
Alhamdulillah.

May Allah always give us Hidayah, Barokah and Rahmat in our life. Aamiin.
See you again.
Wassalam~

You May Also Like

0 comments