Hari Lahir

by - Juli 21, 2020

Bismillah.
Assalammu'alaikum warrahmatullohi wabarakaatuh..

Tanggal 21 Juli datang untuk yang ke 24 kalinya sejak tahun 1996.
Masyaallah..

Dulu...
Iya dulu...
Selalu ada perasaan aneh menjelang masuk Bulan Juli, atau lebih tepatnya bulan kelahiranku. Walaupun sejak kecil, gak ada istilah perayaan ulangtahun yang di ajarkan oleh orangtua ku, tapi rasa-rasa eforia atau deg deg nya itu suka muncul menjelang tanggal itu. Pandanganku tentang hari lahir hanya sebatas seperti pandangan kebanyakan orang awam.

"Hari lahir = Hari ku, Hari khusus milik ku"

Tapi semua berubah saat aku baca tweet seseorang,
yang tweetnya itu super mindblowing bagi aku (yang pikirannya kebanyakan masih mainstream).

Oke, aku tulis ulang saja disini,
karena ini bisa jadi reminder bagiku, dan mungkin bagimu.

Begini tweetnya..


"Dari dulu benci banget hari ulang tahun sendiri, dan gatau kenapa di bulan itu ada aja masalah dan sial. Aku pikir harusnya hari ulang tahunku adalah hari ibu ku. Harusnya yang dibuat senang itu ibu ku, bukan aku. Di hari itu, ibu kesakitan hampir-hampir meninggal demi aku."

"Dulu di masa yang gelas disaat itu selalu ngerasa worthless. Buat apa ibu sakit-sakitan cuma demi ngelahirin anak kayak gini? Mengulang ucapan selamat ulang tahun, mengulang juga ingatan bahwa saat itu ibu lagi ngerasain puncak rasa sakit setelah lelah 9 bulan yang berkepanjangan."

"Tapi dari proses kelahiran, bisa belajar semakin gelap malam, semakin dekat fajar menyinsing. Setiap rasa pasti ada puncaknya. Setelah puncaknya lelah pasti akan tenang, setelah puncaknya sedih pasti akan senang, setelah puncaknya susah pasti ada pertolongan."

"Percaya deh, ada luka pasti ada bahagia"

Refleksi:
Bener...
Di hari ini,
Pun di hari esok atau kemarin, atau lusa
Ini bukan sekedar hari ku,
tapi juga hari ibu ku, hari ayah ku, hari seluruh keluarga besarku.

Dulu, di hari itu, ada ibuku yang menahan sakit, ada ayahku yang harap-harap cemas menunggu kelahiran anak pertamanya, ada keluarga besarku yang tak kalah gelisahnya, pun ada aku yang dengan ijin Allah dikuatkan dalam rahim ibuku.

Kalau aku dengar ibu dan ayah yang bercerita tentang proses kelahiranku yang harus sesar dengan posisi sudah pecah ketuban tanpa disadari ibu dan kondisiku yang sudah keriput mulai keracunan dengan air ketuban sendiri, sungguh hanya dengan ijin Allah aku bertahan. Ah iya, sejak kelahiranku aku sudah ditakdirkan untuk berjuang.... jadi kenapa kini begitu lemah dan mudah berputus asa?

Dan karena aku sadar, hidup ini, waktu ini, dan usia ini adalah bukan milikku, maka pandanganku berubah. Ini sudah bukan saatnya (bahkan sedari dulu) untuk ber-eforia pada hal yang bukan milikku. Harusnya aku lebih bersyukur kepada Sang Pemilik Hidup, Allah SWT... karena dengan rahmatnya, aku masih diberi waktu untuk sadar, untuk berfikir lebih baik, untuk intropeksi diri, untuk bersyukur.

Nyatanya sudah 24 tahun, waktu yang gak singkat.... dan gak boleh jadi lebih terlambat untuk berubah - melangkah - menjadi sebaik-baik makhluk ciptaan-Nya.

Dulu...
Iya dulu...
Aku berdo'a...
Ingin sukses dan dikenal banyak orang.
Ingin hidup yang bahagia, serba berkecukupan.
Seakan gak perlu pusing mikir uang.
Seakan menjadi idaman hidup bagi orang-orang.

Tapi sekarang...
Semakin aku belajar,
Semakin aku tau kesalahan dalam do'a-do'a ku yang terdahulu.

Kini..
Iya kini..
Aku berdo'a
Ingin hidup yang berkah (barokah), penuh rahmat dan hidayah
Bermanfaat bagi ummat
Tak masalah tak dikenal penduduk bumi,
yang lebih aku inginkan adalah dikenal oleh penduduk langit
Senantiasa di dekatkan dengan orang-orang yang dapat membimbing ke jalan kebaikan
Dikuatkan dan diteguhkan kesabaran dalam menghadapi masalah
Serta dipermudah/ ditolong dalam segala urusan
Hingga, di kehidupan yang lebih kekal nantinya, aku dapat merasakan kebahagiaan
Bahagia yang sesungguhnya dalam Jannah Allah SWT

Aamiin.

Barakallah fii umriik, Nurul Khairunnisa.

You May Also Like

0 comments